JAKARTA, KABAR.ID- Kabar terbaru dari dunia startup, perusahaan rintisan bidang ketenagakerjaan, Workmate meraih pendanaan
Rp73 miliar (5,2 juta dolar AS) dari sejumlah investor yang
berpartisipasi dalam putaran pendanaan Seri A.
Workmate yang total mendapatkan pendanaan Rp140 miliar sejak
didirikan pada 2016 itu akan menggunakan pendanaan terbarunya untuk
investasi dalam penjualan, memperbesar tim teknologi dan memperluas
bisnis ke kota-kota baru.
Pengelola platform penyedia tenaga kerja informal ini mendapatkan
pendanaan Rp73 miliar dari kelompok investor yang dipimpin Atlas
Ventures dan diikuti Gobi Partners serta Beacon Venture Capital
(Kasikorn Bank), dan investor-investor pada ronde sebelumnya.
Di Asia Tenggara, sektor tenaga kerja informal menyumbang lebih dari
50 persen dari total tenaga kerja, dengan total upah senilai Rp2.800
triliun (USD 200 miliar) setiap tahunnya.
Pada tahun 2025, pasar rekrutmen tenaga kerja informal di wilayah ini
diprediksi akan meningkat dua kali lipat, menjadi Rp112 triliun rupiah
(USD 8 miliar). Namun, dibalik potensi besar ini, metode pencarian
tenaga kerja di Asia Tenggara masih berkutat pada cara tradisional –
seperti sosialisasi mulut-ke-mulut.
CEO dan Co-founder Workmate, Mathew Ward, memiliki misi untuk
mengubah sektor pencarian tenaga kerja informal. “Ketika agen tenaga
kerja masih melakukan cara manual, kami telah membangun sistem otomatis antara
dimana perusahaan bisa langsung menghubungi calon karyawan, tanpa harus
melalui jasa agen yang biasa menetapkan tarif perantara hingga 30
persen.”
“Model bisnis yang kami tawarkan juga sedang berkembang pesat di
pasar internasional, bahkan Uber baru mengumumkan mereka telah
meluncurkan Uber Works sebagai solusi perekrutan tenaga kerja di AS,” kata Mathew dalam keterangan tertulisnya yang diterima Kabar.id, Minggu.
Seperti Uber Works di AS, Workmate bertujuan untuk memecahkan masalah
yang serupa di negara-negara berkembang seperti di Asia Tenggara. Saat
ini, terdapat semakin banyak lowongan pekerjaan informal khususnya di
bidang jasa.
Namun, layanan teknologi yang ada masih terlalu berfokus pada tenaga
kerja formal (pekerja kerah putih). Workmate melihat peluang yang jauh
lebih besar di pasar informal sebagai sektor yang memiliki jumlah tenaga
kerja lebih besar dari sektor formal.
Semua pekerja di Workmate telah disaring terlebih dahulu, untuk
memastikan hanya pekerja berkualitas yang tersedia di platform.
Kemudian, perusahaan bisa melakukan pencarian staf melalui platform, dan
Workmate akan langsung mencocokkan perusahaan dengan pekerja di lokasi
terdekat yang memenuhi syarat dan ketentuan.
Pihak perusahaan dapat mengakses pengalaman, rating, dan riwayat kinerja masing-masing pekerja, sebelum memilih pekerja mana yang diinginkan.
Platform Workmate juga mengelola kontrak kerja, manajemen kehadiran, time sheet, dan proses pembayaran pekerja, sehingga memberikan solusi end-to-end.
“Workmate sedang membangun sesuatu yang unik di Asia tenggara. Kami
bukan hanya situs pencari kerja atau situs penghubung. Lebih dari itu,
kami menawarkan solusi tenaga kerja end-to-end yang memberdayakan dan melindungi para pekerja di Asia Tenggara,” kata Mathew.
Maxim Shkvaruk, Director Atlas Ventures, mengatakan: “Kami percaya
bahwa terdapat ruang untuk solusi perekrutan pekerja kerah biru yang
lebih baik, dan Workmate adalah jawabannya.”
Thanapong Na Ranong, Managing Director Beacon VC, mengatakan: “Salah
satu fokus utama dari Beacon VC adalah membantu Kasikornbank (KBank)
dalam memberikan layanan finansial bagi populasi yang kurang tersentuh.”
“Kami kagum melihat komitmen kuat Workmate dalam memperbaiki sektor
kerja informal, serta pertumbuhan pesat Workmate di Thailand dan
Indonesia,” tambahnya.
Workmate berkantor pusat di Singapura, dengan kantor cabang di
Bangkok, Jakarta, Bali, dan memiliki rencana untuk berekspansi lebih
lanjut pada tahun 2020. Beberapa pelanggan awal dari platform ini
mencakup aCommerce, Flash Express, JD Central, Taco Bell, Lazada dan
Chilindo di Thailand.
Di Indonesia, Workmate telah mendukung Ismaya Group, Grab, NinjaVan,
Kopi Kenangan, dan STOQO. Pada tahun 2018, platform ini juga mengirimkan
lebih dari 1.000 pekerja ke Asian Games yang diadakan di Jakarta dan
Palembang. (Ant/KB)