Relawan sedang melakukan evakuasi pasca gempa menghantam Lombok. Foto : Sutopo Purwo Nugroho. |
JAKARTA, KABAR.ID- Bencana alam tak henti-hentinya menghantam ibu
pertiwi Nusantara, gempa bumi dahsyat yang mengguncang Pulau Lombok,
Nusa Tenggara Barat (NTB) dan sekitarnya dengan kekuatan 6,4 SR pada 29
Juli 2018 yang kemudian disusul gempa 7 SR (5/8/2018), 6,5 SR (19/8/2019
siang) dan 6,9 SR (19/8/2018 malam) menyebabkan ribuan bangunan roboh
dan memicu tsunami kecil.
Gempa bumi ini berpusat di darat di dekat Gunung
Rinjani wilayah Kabupaten Lombok Timur. Dengan memperhatikan lokasinya
dan kedalaman hiposenter, maka gempa bumi ini merupakan jenis gempabumi
dangkal akibat aktivitas Sesar Naik Flores (Flores Back Arc Thrust).
Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa ini, dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
Berdasarkan data terakhir yang dihimpun Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) tercatat 562 orang meninggal dunia, 1.469 orang
luka-luka, dan 396.032 orang mengungsi. Kerusakan fisik meliputi 83.392
unit rumah rusak, dan 3.540 unit fasilitas umum dan fasilitas sosial
rusak. Diperkirakan kerusakan dan kerugian mencapai Rp 7,7 trilyun.
Gempa bumi yang menguncang Lombok ini menjadi gempa kesekian yang
terjadi di Pulau Lombok sejak akhir abad ke-19. Dalam catatan sejarah
yang disiarkan Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini
Tsunami BMKG, Daryono, ada tujuh bencana gempa besar yang terjadi di
Lombok. Tetapi, gempa pada Minggu lalu, 5 Agustus 2018, merupakan
bencana gempa terbesar yang pernah terjadi.
Menurut
Daryono, secara tektonik, Lombok memang wilayah rawan gempa bumi.
Sebab, posisi Lombok terletak di antara dua pembangkit gempa, yang
dijuluki dengan seismik aktif.
Dua pembangkit gempa ini berasal dari selatan dan utara. Di selatan
terdapat zona subdiksi lempeng Indo-Australia yang menujam ke bawah
Pulau Lombok. Sedangkan dari utara ada struktur geologi bernama Sesar
Naik Flores atau Flores Bacj Arc Thrusting. Sesar Naik ini, jalurnya
memanjang dari Laut Bali ke timur hingga Laut Flores.
Berikut rangkuman gempa Lombok yang pernah terjadi dengan kekuatan di atas 6,0 SR yang dikutip dari laman Historia.id:
Gempa Lombok, 25 Juli 1856
Gempa ini gempa tektonik pertama yang tercatat dalam literatur era
kolonial, tepatnya pada 1918, berupa disertasi Arthur Wichmann dari
Koninklijke Nederlandse Akademie van Wetenschappen (KNAW) bertajuk The Earthquakes of the Indian Archipelago until the Year 1857.
Wichmann mencatat bahwa gempa besar terjadi di Lombok, tepatnya di
Labuan Tereng, pada 25 Juli 1856. Gempa itu juga memicu gelombang
tsunami yang menghantam pesisir Ampenan di Mataram. Sayangnya, catatan
itu tak menyebutkan berapa kekuatan gempa dan tinggi gelombang
tsunaminya.
Gempa Lombok, 21-24 Desember 1970
Data USGS turut mencatat, Kota Praya di Pulau Lombok juga diguncang
dua gempa besar pada 21 dan 24 Desember 1970. Pada 21 Desember, gempa
berkekuatan 6,0 SR dan berpusat di kedalaman 75 km itu mengguncang
perairan di selatan Lombok.
Pada 24 Desember, letak pusat gempanya di kedalaman 70 km dan
kekuatannya 5,6 SR. Namun, tak ada korban tewas akibat dua gempa
tersebut.
Gempa Lombok, 28 Mei 1972.
USGS kembali mencatat, getaran gempa berpusat di 262 km selatan Praya
pada 28 Mei 1972. Kekuatannya mencapai 6,3 SR dengan kedalaman 15 km.
Tak ada korban jiwa akibat bencana ini. Hanya beberapa bangunan runtuh
akibat guncangannya yang terbilang besar namun tak memicu tsunami.
Gempa Lombok, 10 April 1978
Menurut catatatan BMKG, gempa pada 10 April 1978 ini berpusat di 297
km selatan Praya dan berkekuatan 6,7 SR. Gempa tak menimbulkan korban
jiwa. Gempa yang berada di kedalaman 19 km ini hanya menimbulkan
sejumlah bangunan rusak parah namun tidak memicu tsunami.
Gempa Lombok, 30 Mei 1979
Sebanyak 37 orang dilaporakan tewas, menurut data BMKG, dalam bencana
gempa berkekuatan 6,1 SR. Selain itu, sejumlah rumah dan bangunan rusak
berat.
Gempa Lombok, 1 Januari 2000
BMKG mendata bahwa gempa Lombok di tahun baru itu merusak sekitar
2000 rumah. Pun begitu, gempa bermagnitudo 6,1 SR itu tak menelan korban
jiwa dan memicu potensi tsunami.
Gempa Lombok, 9 Juni 2016
Menurut data USGS, gempa berkekuatan 6,2 SR di 284 km selatan pesisir
Kute pada kedalaman 19 km tersebut melukai sembilan orang. Guncangannya
dirasakan kuat hingga ke Pulau Bali dan Pulau Sumbawa, namun tak memicu
potensi tsunami. ***