Ketika Reog Berpadu Tari Melayu dalam Satu Panggung di Langkat

LANGKAT, KABAR.ID-  Pertunjukan reog pono rogo berpadu apik dengan kesenian melayu dalam pegelaran budaya bertajuk Pertunjukan Rakyat di Lapangan
Desa Banyumas Stabat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara 18
September kemarin.
“Hari ini kita
menyaksikan seni reog dapat berpadu apik dan harmonis dengan kesenian melayu. Pementasan
budaya ini sebagai aktualisasi nilai-nilai Pancasila. Inilah kekayaan budaya bangsa
Indonesia yang kita miliki dan mari kita lestarikan bersama,” ujar Ali Umri,
anggota Komisi I DPR RI, HM. Ali Umri, SH., M.Kn yang hadir dalam acara yang bertema Mengaktualisasikan Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa
melalui Seni dan Budaya,” bersama mitra kerjanya dari
Direktorat Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan
Informatika (KOMINFO RI).
Dikatakan, keragaman bangsa
Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku, budaya, ras, daerah,
kepercayaan agama dan lain-lain. Namun Indonesia bisa mempersatukan berbagai
keragaman tersebut sesuai dengan semboyan Negara Indonesia yaitu “Bhineka
Tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda tapi tetap satu jua. Meski
berbeda-beda, kita dapat dipersatukan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Keragaman
budaya atau “cultural diversity” adalah keniscayaan yang dimiliki
bangsa Indonesia. Di Indonesia keragaman budaya adalah sesuatu yang tidak dapat
dipungkiri lagi keberadaanya. 
Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk,
selain kebudayaan, selain suku bangsa sekelompok kebudayaan, masyarakat Indonesia
juga terdiri dari berbagai adat dan kebudayaan daerah, bersifat kewilayahan
yang merupakan pertemuan dari berbagai adat, kebudayaan kelompok suku bangsa
yang ada di daerah tersebut.
Termasuk
masyarakat Langkat, Umri menuturkan bahwa pertemuan-pertemuan dengan berbagai
adat dan kebudayaan luar juga dapat mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan
yang ada di Indonesia yang meyebabkan bertambahnya keberagaman jenis kebudayaan
di Indonesia.
“Seni reog
berasal dari Ponorogo Jawa Timur sekarang sudah menjadi bagian dari masyarakat
Langkat melalui proses asimilasi kebudayaan. Pembauran masyarakat melalui
kebudayaan mencerminkan sikap toleransi, gotong royong, guyub, rukun dan
memupuk persatuan bangsa,” ujar mantan Walikota Binjai dua periode ini.  

Selain Ali Umri, hadir sebagai narasumber Hypolitus
Layanan, MAP selaku Kasubdit Informasi dan Komunikasi Politik Hukum dan
Pemerintahan KOMINFO RI, Wawan Fachrudin, SIP dari Tenaga Ahli Badan Pembinaan
Ideologi Pancasila (BPIP)
.  (Wan)

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *