NEW YORK, KABAR.ID- Para pemimpin dunia berkumpul, Senin (23/9), di New York untuk membahas Konferensi Tingkat Tinggi
Perserikatan Bangsa-Bangsa (KTT PBB) soal perubahan iklim sementara para ilmuwan memperingatkan
lebih banyak tindakan ambisius harus diambil untuk memenuhi
target-target memitigasi efek-efeknya.
Sekitar 60 presiden dan perdana menteri dijadwalkan akan berpidato
pada acara sehari penuhmengenai topik-topik yang mencakup usaha
menghindari penggunaan batubara dan menggantikannya dengan sumber-sumber
energi terbarukan; mencegah dan menanggapi bencana, dan pendanaan
perubahan iklim.
Presiden AS Donald Trump tidak akan hadir pada KTT ini. Hari Senin
(23/9), ia akan menghadiri sebuah pertemuan mengenai penindasan kelompok
minoritas agama, khususnya Kristen, sebelum mengadakan pembicaraan
terpisah dengan para pemimpin dari Pakistan, Polandia, Selandia Baru,
Singapura, Mesir dan Korea Selatan.
Sekjen PBB Antonio Guterres seperti dikutip Kabar.id dari VOA, telah berusaha menegaskan pentingnya KTT
iklim dan menatang para pemimpin dunia untuk menghadirkan rencana
konkret dan bukan sekedar pidato yang indah.
Menjelang acara Senin, PBB merilis sebuah laporan yang disusun
Organisasi Meterologi Dunia yang menunjukkan adanya percepatan polusi
karbon, peningkatan permukaan laut, peningkatan temperatur global, dan
penyusutan lapisan es.
Laporan itu mengatakan, temperatur global rata-rata pada periode 2015
hingga akhir 2019 berada pada laju “terpanas” dibanding
periode-periodesetara sebelumnya, yakni pada 1,1 derajat di atas tingkat
pra-industri,
Perjanjian Iklim Paris 2015, yang telah diratifikasi 186 negara,
menyerukan terselenggaranya tindakan-tindakan untuk mencegah laju
peningkatan temperatur global melebihi 2 derajat, dan idealnya hanya
sekitar 1,5 derajat dengan cara menurunkan emisi gas rumah kaca.
AS, sebagai salah satu produsen terbesar emisi gas rumah kaca, di
bawah Presiden Trump, telah mengumumkan akan meninggalkan perjanjian
itu. Meski demikian, keputusan AS itu tidak menghentikan usaha
penanganan iklim di tangka tnegara bagian, daerah, dan sektor swasta.
Isu-isu global lain seperti ketegangan – AS dan Iran; konflik di
Afghanistan, Yaman, Suriah dan Kashmir; meningkatnya ketidaksetaraan dan
intoleransi akan menjadi tema sidang Majelis Umum PBB mulai Selasa. [ab/uh/VOA/KI]