JAKARTA, KABAR.ID- Pelaksana tugas Direktur Eksekutif ICT Watch Widuri meminta masyarakat
untuk lebih waspada jika akan mengungkapkan data-data pribadi melalui
media jejaring sosial (medsos).
“Sering kali ketika seseorang ketahuan, misalnya secara fisik ataupun
secara mentalnya menderita penyakit, beberapa pihak mulai
mendiskriminasi,” ujar Widuri ditemui usai peluncuran program “Literasi
Privasi dan Keamanan Digital” di kantor Kementerian Komunikasi dan
Informatika, Jakarta beberapa hari yang lalu.
Diskriminasi itu, lanjut Widuri, terutama dihadapi oleh mereka yang
mengidap penyakit seperti HIV, AIDS atau Lepra. Data-data penyakit itu
jika diunggah ke medsos akan membuat seseorang lantas merasa
ter-diskriminasi.
“Kedua, masalah agama. Ada pemegang agama kepercayaan yang masih belum mendapatkan tempat di Indonesia,” kata Widuri.
“Belum lagi, hal-hal lain. Misalnya terkait kartu keluarga, buku
nikah, dan lain-lain. Sering kali tanpa sadar, orang mengekspos-nya
sendiri,” lanjut dia.
Widuri juga mengatakan data tentang catatan riwayat pernah ditahan
atau tidak di kepolisian juga menjadi data yang sensitif, selain tiket
penerbangan yang dipamerkan berserta dengan kode batang.
ICT Watch bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo),
Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) bekerja sama dengan perusahaan
pemilik aplikasi berbagi pesan WhatsApp.
Kerja sama itu guna memberikan edukasi kepada masyarakat Indonesia tentang privasi dan keamanan data digital.
“Kerjasamanya, kami lebih membantu memberikan ruang untuk belajar
tentang fitur-fitur di WhatsApp. Dalam beberapa pelatihan, selalu ada
pendampingan dari teman-teman yang bekerja untuk WhatsApp. Pelatihan itu
lebih untuk uji coba, bahkan role play,” kata Widuri.
Rangkaian kegiatan literasi privasi dan keamanan digital ICT Watch
akan dimulai dengan seminar dan loka karya di Jakarta. Kemudian,
kegiatan itu akan dilanjutkan ke empat kota lain yakni Cianjur pada 3
Desember, Kupang pada 10 Desember, Samarinda pada 17 Desember, dan Aceh
pada 15 Januari 2020.
Di Jakarta, kegiatan literasi itu akan dilaksanakan di 15 Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) pada Desember.
“Harapan kami, sampai Januari 2020, akan ada literasi lebih besar lagi,” ujar Widuri. (Ant/KB)