Oleh : Hendra Nick Arthur *
Tingginya angka wisatawan muslim di dunia membuka peluang
terciptanya pariwisata ramah muslim. Potensi halal tourism yang belum
banyak disadari di Indonesia dapat menjadi peluang bisnis yang
menjanjikan.
Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia
belum dapat menciptakan wisata yang ramah muslim atau tourism moeslem
friendly
Agen-agen travel di
Indonesia belum menyadari potensi halal tourism. Sebagian besar agen
travel masih terfokus pada paket wisata haji dan umroh.
Dibandingkan dengan negara non-muslim, Indonesia masih tertinggal dalam
membangun halal tourism. Kendati bukan negara mayoritas muslim, China,
Jepang, dan Thailand sudah siap dalam mengakomodir kebutuhan wisatawan
muslim. Prediksi meningkatnya angka wisatawan muslim memicu
negara-negara tersebut mempercepat kesiapan mereka.
Kita bisa
belajar dari negara-negara non-muslim yang telah mengembangkan halal
tourism. Peluang bisnis ini potensial, terlebih Indonesia adalah negara
muslim terbesar.
China melalui China Muslim Association (CMA)
telah mengakomodir kebutuhan para pebisnis sektor wisata dalam
memberikan sertifikasi halal dan muslim friendly bagi
organisasi-organisasi yang bergerak pada sektor tersebut.
Pada
November 2015, Taiwan mengundang wisatawan Indonesia untuk melakukan
simulasi halal tourism. Sementara, dalam empat bulan mendatang, Thailand
mengundang sekitar tiga puluh agen travel Indonesia untuk
mensosialisasikan kesiapan mereka dalam menyambut wisatawan muslim.
Thailand sebagai salah satu negara non-muslim yang telah mengembangkan
halal tourism telah memiliki hotel, restoran, spa, dan berbagai objek
wisata ramah muslim. Kesiapan Thailand dalam mengakomodir kebutuhan
wisatawan muslim mendongrak jumlah wisatawan muslim di Thailand. Pada
tahun 2015, lebih dari lima juta wisatawan muslim mengunjungi Thailand. ***
Penulis adalah : Direktur Eksekutif Badan Promosi Pariwisata Daerah Sulsel yang berdomisili di Makassar.
Tinggalkan Balasan