Kategori: Kampus

  • Mudassir Hasri Gani Serahkan Beasiswa Kepada Mahasiswa Asal Barru

    BARRU, KABAR.ID- Mahasiswa Barru dari berbagai universitas menerima beasiswa secara langsung oleh Mudassir Hasri Gani Calon Bupati Barru 2020. 

    Kegiatan tersebut berlangsung pada hari Ahad 29 November 2020 di Barru. Beasiswa tersebut di berikan melalui yayasan MHG Peduli yang merupakan bagian dari komitmen Mudassir untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia masyarakat Barru di sektor pendidikan.
    .
    Penerima beasiswa adalah mahasiswa yang berasal dari enam institusi perguruan tinggi di Indonesia yaitu UIN Sunan Ampel Surabaya, Universitas Hasanuddin, IAIN Pare-Pare, UIN Alauddin Makassar, Politeknik Pertanian Negeri Pangkep, dan Universitas Muhammadiyah Makassar. 
    Mahasiswa yang terpilih sebagai penerima beasiswa ini melalui beberapa tahap seleksi yang pada akhirnya terpilih 10 orang terbaik dari ratusan pendaftar yang ada.
    .
    Calon bupati 2020 ini yang sering di sapa Macca melalui progran beasiswa nya ini kembali membuktikan kepada msharakat bahwa kartu Macca Peduli bukan hanya sekedar alat kampanye belaka, namun telah terbukti sejak awal november sampai saat ini masyarakat sudah merasakan banyak manfaat nya salah satunya adalah mahasiswa Barru yang baru saja menerima besiswa tersebut.
    “Kami sangat senang dengan adanya progeam beasiswa hang di lincurkan oleh kak Mudassir dan berharap program beasiswa ini bisa terus ada, dan memiliki seleksi yang kompetitif, seperti kita harus membuat karya tulis ilmiah, melakukan presentasi di hadapan tim seleksi dan sebagainya sehingga yang mendapatkan beasiswa memiliki tanggung jawab untuk terus belajar untuk kemajuan daerah, tidak hanya sekedar dapat beasiswa hanya kumpul berkas belaka dan tidak ada indikator penilaian secara jelas,” kata Zulkifri Malik salah satu penerima beasiswa yang saat ini sedang berkuliah di Universitas Sunan Ampel .
    .
    Program beasiswa ini adalah salah satu program prioritas dalammeningkatkan kualitas SDM masyarakat Barru melalui program pendampingan pendidikan kartu Macca Peduli sehingga semakin banyak masyarakat Barru yang melanjutkan kuliah ke pendidkkan tinggi.(Andi)
  • Sudirman Said Sayangkan Penutupan STAN

    JAKARTA, KABAR.ID – 
    Sejumlah pihak menyayangkan ditutupnya Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
    (STAN), terlebih penutupan tersebut dikaitkan dengan isu radikalisme.
    Salah satu yang menyayangkan ditutupnya STAN adalah, mantan
    Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) 
    Sudirman Said yang juga merupakan alumni STAN.
    “Jika benar penutupan STAN karena isu radikalisme, ini akan
    jadi skandal bernegara. Sejarah akan mencatat kekeliruan pandangan dan
    kekeliruan langkah ini,”kata Sudirman dalam keterangan persnya di Jakarta
    (11/7/2020).
    Ia mengharapkan  menteri
     terkait dan seluruh penentu
    kebijakan  dalam urusan STAN ini
    memikirkan dalam-dalam terkait kasus penutupan STAN.
    Ketua Alumni STAN 2014-2016 ini menyatakan, orang yang menuduh
    radikal harus belajar membedakan antara gairah beragama (kesalehan), usaha
    menjaga kelurusan hidup, dan pandangan radikal dalam politik.  
    Menurut mantan tim Sukses Anies-Sandi ini, yang memberi
    stempel radikal lebih banyak mereka yang punya cara pandang politik. Berbahaya
    kalau cap radikal disematkan oleh orang yang tidak menjalankan agama dengan
    baik, apalagi oleh orang yang berbeda agama.  
    “Menjadi orang yang saleh, menjalankan agama dengan segala
    simbolnya, sesungguhnya sama dengan mengamalkan Pancasila, sila Ketuhanan Yang
    Maha Esa. Kalau rajin mengaji, rajin sembahyang, menampilkan simbol beragama
    disebut radikal, itu sama artinya dengan mengatakan yang mengamalkan Pancasila
    adalah radikal,”ujarnya.  
    Dosen mata kuliah Kepemimpinan di STAN ini menambahkan,
    mahasiswa STAN banyak yang berafiliasi dengan masjid kampus, dan meneruskan
    kebiasaan di kantor ketika sudah bekerja. 
    Banyak di antaranya yang melakukan itu untuk menjaga integritas agar
    tidak larut dengan praktik korupsi dan suap menyuap.
    Menjaga integritas dalam alam seperti sekarang, terangnya,
    memang memerlukan keteguhan sikap.  Saat
    ini banyak sekali pihak yang dicap radikal karena bicara kebenaran, bicara
    idealisme.
    “KPK saja distempel radikal. Pertanyaanya, apakah negara mau
    melegitimasi tuduhan seperti itu. Padahal keteguhan menjaga prinsip itu
    dianjurkan oleh ajaran Pancasila,” tandas dia
    Sudirman berharap, moratorium belum menjadi keputusan final.
    Karena lulusan STAN terbukti banyak diperlukan banyak Lembaga, baik
    pemerintahan maupun swasta.
    Selain itu, STAN adalah simbol harapan bagi anak anak orang
    biasa yang ingin memperoleh pendidikan bermutu, dan masa depan yang lebih
    baik.  Banyak sekali anak anak dari
    kalangan orang biasa bahkan keluarga yang amat miskin naik kelas secara
    bermartabat karena pendidikan di STAN. 
    “Dengan seleksi yang amat kompetitif dan proses pendidikan
    yang ketat, kampus ini menjadi penyeleksi talenta terbaik. Mereka menyebar di
    organisasi pemerintah yang mengurus keuangan negara. Impact-nya amat besar,” tuturnya
    .
    Dalam pandangan Sudirman, sangat disayangkan juga kalau
    karena alasan efisiensi anggaran harus menutup STAN. Pasalnya, investasi di
    pendidikan tidak akan pernah rugi. 
    “Kita semua simpati dan prihatin dengan tekanan ekonomi
    akibat wabah Covid 19.  Tetapi menurut
    saya memotong anggaran pendidikan tidak boleh menjadi pilihan,” ujarnya.
    Ia mencontohkan, Kaisar Jepang, setelah kalah Perang Dunia
    ke-2, ketika mau mulai membangun yang ditanya adalah “Berapa guru yang masih
    hidup?”  Dan instruksinya membangun
    pendidikan besar besaran. 
    Sudirman menawarkan solusi relokasi lulusan STAN sebagai
    jalan keluar efesiensi yang diinginkan Kemenkeu. Banyak instansi. BUMN,
    Kementerian/Lembaga, BUMD, dan Pemerintah Daerah meminta pasokan SDM lulusan
    STAN. Karenanya lulusan STAN bisa direalokasi tidak harus bekerja di Kemenkeu.
    (Wan)
  • Menristek Akan Bantu Perguruan Tinggi Pengembang Aplikasi Teknologi Digital

    JAKARTA, KABAR.ID- Kementerian Riset Teknologi memberikan jaminan terkait bantuan dari
    pemerintah kepada akademisi yang mampu mengembangkan dan memiliki
    aplikasi ataupun sistem permainan yang bergerak di teknologi digital.

    Janji itu disampaikan Menristek, Bambang Brodjonegoro di kawasan
    Pagedangan, Kabupaten Tangerang, pada Selasa (14/1).

    Menurutnya telah
    banyak perguruan tinggi yang mengedepankan teknologi dalam penerapan
    kepada para akademisi, sebagai sumber daya manusia yang disiapkan dalam
    era digitalisasi. (Ant/KBI)

  • Larang Ustadz Abdul Somad Berceramah di Kampus, UGM Makin Tidak Independen

    Ustadz Abdul Somad

    YOGYAKARTA, KABAR.ID- Keputusan
    Rektorat Universitas Gajah Mada (UGM) melarang masjid kampus mengundang
    Ustadz Abdul Somad  (UAS) menuai kritik dari pengurus Masjid Kampus.

    Larangan
    menghadirkan UAS dalam program Kajian Profetik dianggap tidak
    demokratis, dan tidak sesuai dengan prinsip kebebasan akademik. Mashuri
    Maschab, Ketua Takmis Masjid Kampus UGM menyampaikan itu ketika ditemui
    di rumahnya, Rabu malam.

    “Yang namanya demokrasi itu, bukan tanpa batas. UGM harus jelas
    menjaga norma itu. Dan harus dirumuskan bersama, tidak boleh kemudian
    tanpa dasar, karena dibisiki orang, didesak-desak, kadang boleh, kadang
    tidak. Demokrasi itu menuntut tanggung jawab, menuntut toleransi.
    Bukannya tanpa batas. Ada aturan main yang harus dihormati. UGM mestinya
    merumuskan, harus jelas. Jangan insidental, tergantung situasi dan
    orang perorang. Itu bukan demokrasi namanya,” kata Mashuri.

    Larangan itu sendiri disampaikan Humas UGM, Iva Ariyani melalui aplikasi pesan pada Rabu siang (9/10).

    “Berkaitan dengan acara yang rencananya akan diselenggarakan tanggal
    12 Oktober 2019, maka pimpinan universitas meminta agar acara tersebut
    dibatalkan,” kata Iva.

    Iva beralasan, permintaan pembatalan itu dilakukan untuk menjaga
    keselarasan kegiatan akademik dan kegiatan non akademik dengan jati diri
    UGM. Keselaran yang dimaksud adalah keterkaitan – acara dan
    pembicaranya, dalam hal ini Abdul Somad.
    Iva menambahkan, bisa saja
    suatu saat UGM mengundang Abdul Somad, dalam acara dan suasana yang
    lebih tepat. Namun tidak ada penjelasan lebih lanjut, apa yang dimaksud
    dengan acara dan suasana yang lebih tepat itu.  Iva Ariyani tidak berbicara lebih jauh mengenai hal ini. Permintaan
    keterangan lebih lanjut yang disampaikan, tidak memperoleh
    jawaban.

    Nama Sultan dan Mensesneg Ikut Disebut

    Mashuri Maschab tegas mengatakan Takmir Masjid Kampus tidak akan
    melakukan pembatalan acara. UGM secara resmi diminta mengirim surat ke
    Abdul Somad terkait penolakan itu. Jika pun kemudian Abdul Somad
    memutuskan untuk tidak datang, maka dasarnya adalah surat penolakan dari
    Rektorat UGM.

    Hari Rabu pagi, Takmir Masjid Kampus diundang rektorat, dan ditemui
    dua wakil rektor. Dalam pertemuan itu, rektorat meminta takmir
    membatalkan acara. Secara tegas Mashuri menolak permintaan itu. Dia
    beralasan, takmir berposisi sebagai pengundang yang harus konsisten
    dengan undangan tersebut. Jika Rektor UGM ingin menggagalkan acara, maka
    keputusan harus dilakukan oleh pihak kampus dengan surat resmi.

    Dalam pertemuan itu, kata Mashuri, Djagal Wiseso Marsono selaku wakil
    rektor menyebut permintaan pembatalan datang dari berbagai pihak.
    Selain alumni, nama-nama yang disebut Djagal adalah Gubernur DIY Sri
    Sultan Hamengkubuwono X dan Menteri Sekretaris Negara, Pratikno.

    “Dia sebut nama Dik Tik sewaktu mengatakan soal desakan pembatalan
    itu. Nama Sultan juga disebut-sebut. Tapi saya tidak percaya, masa
    Sultan ngurusi hal remeh-temeh seperti ini,” kata Mashuri.

    Dik Tik yang disebut Mashuri adalah Mensesneg Pratikno, yang merupakan adik atau yuniornya sebagai pengajar di Fisipol UGM.

    Acara Ilmiah Bukan Pengajian

    Yang disayangkan panitia, rektorat UGM tidak melakukan dialog
    mendalam terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk melarang acara
    tersebut. Kedatangan UAS ke Masjid Kampus digagas oleh Pusat Kajian dan
    Riset Epistemologi Profetik. Lembaga di bawah takmir ini rutin
    menghadirkan diskusi akademis, khusus mencari keterkaitan – Islam dan
    dunia sains.

    Najmi Wahyughifary, dari pusat kajian ini kepada Terkini.com
    mengatakan, mereka prihatin karena membangun pelarangan ini dengan dasar
    argumen yang kuat.

    “Yang dihidupkan adalah sentimen, padahal kami ingin membangun
    argumen ke masyarakat. Kita tidak bisa di era sekarang sedikit-sedikit
    melakukan lbelling tanpa membutikan. Kami juga mengemas UAS hardir
    disini bukan sebagai penceramah kondang, yang tertawa tawa dan jemaahnya
    juga penuh tawa,” kata Najmi.

    Kajian semacam ini sudah diselenggarakan rutin sejak tahun 2017.
    Meski diselenggarakan di masjid, seluruh tema yang dibicarakan ada dalam
    kultur akademis.

    “UAS hadir disini sebagai akademisi, dan beliau sekarang sedang
    menyelesaikan studi doktoral di Sudan, itu nilai tambah. Seharusnya di
    dunia akademik, tidak ada istilah pikiran itu dilarang. Itu yang kami
    sayangkan,” tambah Najmi.

     Oleh karena itu acara tidak dilabeli sebagai pengajian atau tabligh akbar.
    UAS juga dibatasi pembicaraannya oleh panitia sejak awal. Panitia
    bahkan berharap, yang datang sebagian besar adalah warga kampus sendiri,
    untuk menjaga tema diskusi.

    Beberapa tema yang pernah dibahas dalam kajian ini – lain adalah
    Profetisme Mengawal Kebudayaan Kita, Titik Temu Profetisme dengan
    Teori-Teori Postmarxis, Filsafat Positivisme, Kisah Adam dalam Teori
    Evolusi, Urban Sufisme, hingga Science Delusion.

    “Kita sangat banyak diskusinya. Temanya sangat luas. Tema intinya
    adalah terkait integrasi sain dan Islam. Kita juga bahas tema-tema yang
    mungkin di kalangan aktivis muslim dianggap agak sedikit nakal, seperti
    postmarxis itu,” tambah Najmi. (NS/EM/VOA/MJ)

  • Mahasiswa STIH Lubuk Sikaping Ikuti Lomba Pidato Antar PTN/PTS di Lingkungan LLDikti Wilayah X

    SUMBAR, KABAR.ID- Salah satu perwakilan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Lubuk Sikaping, Darlinsah, mengikuti lomba pidato antar perguruan tinggi di lingkungan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah X, Sumbar, Jambi, Riau dan Kepri, di STIA Adabiah Padang, Selasa (13/11/18).

    Lomba bertema “Meningkatkan Kesadaran Berbangsa dan Bernegara Dikalangan Generasi Muda Harapan  Bangsa Melalui Pendidikan Berkarakter” ini memperebutkan piala bergilir dari kepala LLDikti Wilayah X dan Wali Kota Padang.

    Dosen pendamping, juga selaku Wakil lll Kemahasiswaan STIH Lubuk Sikaping, Syafri Eldi, S.H., M.H., menyampaikan keikut sertaan mahasiswa pada lomba itu merupakan salah satu peran Perguruan Tinggi untuk pengembangan bakat mahasiswa.

    “Mengikuti kegiatan pengembangan bakat mahasiswa adalah salah satu program STIH  Lubuk Sikaping, dalam upaya mewujudkan Visi STIH Lubuk Sikaping, yaitu Tahun 2025 Menjadi Perguruan Tinggi Terkemuka di Bidang Ilmu Hukum di Sumatera”, sebut Syafri Eldi.

    Kepala Prof Herri, MBA. LLDikti Wilayah X yang diwakili Sekretaris Yandri Anas, S.H, M.H. pada pembukaan acara ini menyampaikan apresiasi terhadap kegiatan tersebut. (