JAKARTA, KABAR.ID- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) resmi meluncurkan buku
Ekspedisi Desa Tangguh Bencana Tsunami (EDT) Selatan Jawa 2019 yang
berjudul”Kibar Pataka di Selatan Jawa” di Ruang Serbaguna Tempo,
Jakarta, Selasa (5/11).
Peluncuran buku tersebut dirangkaian acara memperingati World Tsunami
Awareness Day 2019. Peluncuran buku kisah perjalanan rangkaian EDT 2019
yang menyusuri Selatan Jawa 2019 ini dihadiri oleh beberapa perwakilan
Kementerian/Lembaga, akademisi, peneliti, beberapa relawan, rekan media,
penulis dan penyusun buku serta pihak-pihak terkait yang turut
berkontribusi.
Selaku pengarah, Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB Lilik
Kurniawan berharap agar jerih payah dari seluruh tim yang dituangkan ke
dalam medium buku tersebut dapat menjadi catatan sekaligus pembelajaran
untuk masa depan anak cucu bangsa Indonesia dalam menghadapi bencana
gempa-tsunami.
“Sebagai asupan literasi, agar masyarakat lebih siap dan korban bisa diminimalisir,” kata Lilik.
Dalam napak tilas kisah perjalanan EDT 2019 hingga terbitnya buku
tersebut, Pelaksana Tugas Direktur Pemberdayaan Masyarakat BNPB,
Pangarso Suryotomo mengatakan bahwa kegiatan ekspedisi yang mengambil
titik awal di Banyuwangi dan berakhir di Serang pada pertengangan
Juli-Agustus lalu merupakan sebuah jawaban atas keresahan warga pesisir
selatan yang sebelumnya dikatakan bahwa ada potensi dari ancaman
gempabumi dan tsunami dari beberapa ahli peneliti.
Dengan adanya kegiatan tersebut, maka masyarakat menjadi siap dalam
menghadapi segala kemungkinan yang terjadi terkait hasil dari penelitian
para pakar terdahulu.
“Ketika ada rilis resmi tentang potensi tsunami di selatan jawa, namun
nyatanya masyarakat di pesisir selatan jawa tak gentar karena dengan
adanya ekspedisi ini,” ungkap Pangarso.
Tentang “Kibar Pataka di Selatan Jawa”
Buku dengan sampul depan bergambar arak-arakan bendera Pataka dengan
judul “Kibar Pataka di Selatan Jawa” merupakan oleh-oleh dari perjalanan
panjang para pahlawan kemanusiaan yang mendedikasikan waktu dan
energinya demi ketangguhan masyarakat di pesisir selatan Jawa, melalui
Ekspedisi Destana Tsunami (EDT) 2019.
Buku setebal 104 halaman ini merupakan catatan dari gabungan materi yang
diadopsi langsung dari seluruh wilayah yang menjadi rute EDT 2019.
Ragam kisah yang dipahat dalam buku ini memberikan kesan tersendiri
melalui gaya bahasa yang unik dan menarik dari cara para penulis
bertutur kata melalui medium tulisan.
Sebut saja catatan tentang potensi gempabumi dan tsunami di pesisir
selatan Jawa dari segi sejarah yang dibingkai secara ringkas dan padat
pada bab pertama. Melalui alur yang dikemas secara teratur pembaca
seolah dibawah kembali ke masa lampau. Imajinasi dan rasa ingin tahu
berbaur menjadi satu dan berakhir ke dalam pemahaman-pemahaman baru.
Kemudian yang tak kalah mendebarkan ketika pembaca dihadapkan pada
perjalanan panjang perubahan bentang alam selatan jawa, yang mana
proyeksi dari masa lampau menuju masa kini telah menimbulkan banyak
pertanyaan sekaligus keresahan dari para peniliti yang menarik untuk
disimak. Nyatanya memang dari bab ke dua ini seluruh tenaga dan pikiran
seakan diadu, namun bagaimanapun tim penyusun tetap menampilkan sisi
positifnya untuk solusi baru.
Memasuki bab berikutnya ialah bagaimana ingatan-ingatan tentang fenomena
alam masa lampau yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa harus dirawat
dengan baik dan dijadikan sebagai sebuah pembelajaran. Hal itu sangt
penting mengingat dalam sebuah penelitian memang secara garis besar
bencana gempa-tsunami di indonesia adalah peristiwa yang berulang. Oleh
karena itu penting bagi generasi tua untuk meng-estafet-kan literasi
sejarah ingatan bencana kepada penerus mereka, generasi muda.
Pada bab berikutnya, tabir kisah mitos dan ilmu sains saling beradu
dalam mengambil simpati dalam catatan baru. Keduanya memang sangat
berbeda jauh dan tidak memiliki korelasi, namun dalam bagian ini, para
penulis seakan sengaja menyajikan keduanya sebagai penguatan literasi
modern agar pikiran terbuka, namun tidak menghilangkan esensinya yang
telah ada.
Seperti contoh; selama ini kisah Nyi Roro Kidul, yang telah beredar
sebagai mitos masyarakat. Namun oleh penelitian terkini dikatakan bahwa
hal itu merupakan peristiwa Tsunami yang di-metafora-kan oleh penguasa
pada masa lampau sebagai legitimasi untuk mendapatkan kekuasaan dan
diakui oleh rakyatnya. Hal itu disebutkan dari hasil penelitian sang
ahli paleotsunami LIPI Eko Yulianto, baik dari penelitian lapangan
maupun temuan bukti tulisan lampau yang mengisahkan tentang peristiwa
sekitar tahun 1600 ditambah literasi keilmuan lain yang terkait.
Satu hal yang perlu digarisbawahi, mengutip kata-kata Eko dari sebuah
wawancara khusus bahwa: “Sebuah sains adalah mitos yang senantiasa
diverifikasi kebenarannya. Dan ketika proses verifikasi itu berhenti,
maka seketika itu sains berubah menjadi mitos”.
Memasuki babak akhir dalam buku catatan “Kibar Pataka di Selatan Jawa”,
pembaca diarahkan kepada wawasan baru tentang bagaimana upaya tindak
lanjut dan pembelajaran dari alam semesta, yang mana kapasitas
masyarakat harus benar-benar ditingkatkan dan dibudayakan sebagai dasar
untuk menjadi keluarga tangguh bencana, sebagai mana yang menjadi salah
tujuan EDT 2019 yakni masyarakat tangguh, bukan ajang seremonial saja.
Terciptanya buku ini tak lepas dari jerih payah seluruh unsur yang
terlibat seperti dari keluarga besar Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Basarnas,
Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Badan Sertifikasi Nasional (BSN),
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT), Palang Merah Indonesia (PMI), SKALA, Hipmi
Peduli, Save The Children, Google, RAPI, ORARI, Dompet Dhuafa, Pramuka,
unsur TNI/Polro, Pemerintah Daerah, dll. (Wan)