SHANGHAI, KABAR.ID- Menteri Perdagangan Enggartiasto
Lukita mengatakan, China dan Rusia berminat melakukan investasi di wilayah ibu kota Indonesia
di Provinsi Kalimantan Timur.
“Banyak sekali negara yang berminat, karena hal itu kesempatan,” kata Enggartiarso saat ditemui di sela-sela forum bisnis yang diselenggarakan Bank
Indonesia Perwakilan Beijing di Shanghai, Senin.
Menurut Enggartiasto, sudah banyak juga perusahaan asal China yang
bertanya dan menghubungi langsung Badan Koordinasi Penanaman Modal dan
Kementerian Perindustrian.
“Masing-masing perusahaan tersebut masuk sesuai kepentingannya di
bidang apa. Infrastruktur mereka sudah cukup kuat. Demikian pula dengan
telekomunikasi, pelabuhan, listrik, banyak sekali yang bisa dikerjakan,”
ujarnya seperti dikutip Kabar.id dari Kantor Berita Antara.
Di sela-sela menghadiri Forum Bisnis di Nanning, Daerah Otonomi
Guangxi, Mendag juga bertemu perwakilan industri otomotif setempat
Wuling yang sudah berinvestasi di Indonesia.
“Wuling akan meningkatkan investasinya dan menyiapkan mobil listrik untuk kemudian diekspor,” katanya.
Sebelumnya dalam pertemuan bilateral di Bangkok, Thailand,
Mendag Enggartiasto mendapatkan pernyataan pemerintah Rusia yang ingin
berinvestasi di Kalimantan.
“Mereka juga akan membuat jalan kereta dari Kalteng ke Kalsel,” kata dia.
Selain di bidang infrastruktur, kedua negara tersebut juga tertarik berinvestasi di bidang industri dan pariwisata.
“Di Kaltim ada Derawan. Kalau dulu orang mengatakan jauh, nanti akan
dekat dengan ibu kota. Mereka akan mempersiapkan segala fasilitas
infrastruktur, hotel, restoran, dan ‘resort’,” ujarnya.
Demikian juga dengan bisnis kuliner, lanjut Mendag, akan menjanjikan di wilayah ibu kota baru tersebut.
Dalam Forum Bisnis di Shanghai, Mendag didampingi Duta Besar RI untuk
China Djauhari Oratmangun dan Konsul Jenderal RI untuk Shanghai Deny
Wachyudi Kurnia bertemu dengan Direktur Utama Tsingshan Industry Grup
Xiang Guangda.
“Dia kita berikan informasi potensi pasar, seperti apa, ekspor ke
mana saja. Dia sudah lama beroperasi di Morowali dengan investasi yang
besar sekali dan akan segera ekspansi terus nikelnya. Dia menyerap
tenaga kerja kita 30.000 orang atau lebih besar daripada jumlah penduduk
di lokasi industrinya di Morowali, sedangkan tenaga kerja dari China
sangat sedikit. Nikel yang mereka olah bisa jadi bahan baku stainless
steel, konstruksi, dan baterai,” kata Enggar.
Sementara itu, Wakil Kepala BI Perwakilan Beijing Muchamad Agung
Hastowo mengemukakan Pulau Kalimantan mengalami pertumbuhan ekonomi
positif yang dipicu oleh pengembangan proyek infrastruktur untuk ibu
kota Indonesia yang baru.
“Saat ini ekonomi Kalimantan tumbuh pada kisaran 5,6 persen. Kami
meyakini prospek perekonomian Kalimantan akan semakin tinggi dengan
adanya Ibu Kota Indonesia yang baru di sana,” ujarnya. (Ant/KI)