Beranda Kampus Sudirman Said Sayangkan Penutupan STAN

Sudirman Said Sayangkan Penutupan STAN

1
0
JAKARTA, KABAR.ID – 
Sejumlah pihak menyayangkan ditutupnya Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
(STAN), terlebih penutupan tersebut dikaitkan dengan isu radikalisme.
Salah satu yang menyayangkan ditutupnya STAN adalah, mantan
Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) 
Sudirman Said yang juga merupakan alumni STAN.
“Jika benar penutupan STAN karena isu radikalisme, ini akan
jadi skandal bernegara. Sejarah akan mencatat kekeliruan pandangan dan
kekeliruan langkah ini,”kata Sudirman dalam keterangan persnya di Jakarta
(11/7/2020).
Ia mengharapkan  menteri
 terkait dan seluruh penentu
kebijakan  dalam urusan STAN ini
memikirkan dalam-dalam terkait kasus penutupan STAN.
Ketua Alumni STAN 2014-2016 ini menyatakan, orang yang menuduh
radikal harus belajar membedakan antara gairah beragama (kesalehan), usaha
menjaga kelurusan hidup, dan pandangan radikal dalam politik.  
Menurut mantan tim Sukses Anies-Sandi ini, yang memberi
stempel radikal lebih banyak mereka yang punya cara pandang politik. Berbahaya
kalau cap radikal disematkan oleh orang yang tidak menjalankan agama dengan
baik, apalagi oleh orang yang berbeda agama.  
“Menjadi orang yang saleh, menjalankan agama dengan segala
simbolnya, sesungguhnya sama dengan mengamalkan Pancasila, sila Ketuhanan Yang
Maha Esa. Kalau rajin mengaji, rajin sembahyang, menampilkan simbol beragama
disebut radikal, itu sama artinya dengan mengatakan yang mengamalkan Pancasila
adalah radikal,”ujarnya.  
Dosen mata kuliah Kepemimpinan di STAN ini menambahkan,
mahasiswa STAN banyak yang berafiliasi dengan masjid kampus, dan meneruskan
kebiasaan di kantor ketika sudah bekerja. 
Banyak di antaranya yang melakukan itu untuk menjaga integritas agar
tidak larut dengan praktik korupsi dan suap menyuap.
Menjaga integritas dalam alam seperti sekarang, terangnya,
memang memerlukan keteguhan sikap.  Saat
ini banyak sekali pihak yang dicap radikal karena bicara kebenaran, bicara
idealisme.
“KPK saja distempel radikal. Pertanyaanya, apakah negara mau
melegitimasi tuduhan seperti itu. Padahal keteguhan menjaga prinsip itu
dianjurkan oleh ajaran Pancasila,” tandas dia
Sudirman berharap, moratorium belum menjadi keputusan final.
Karena lulusan STAN terbukti banyak diperlukan banyak Lembaga, baik
pemerintahan maupun swasta.
Selain itu, STAN adalah simbol harapan bagi anak anak orang
biasa yang ingin memperoleh pendidikan bermutu, dan masa depan yang lebih
baik.  Banyak sekali anak anak dari
kalangan orang biasa bahkan keluarga yang amat miskin naik kelas secara
bermartabat karena pendidikan di STAN. 
“Dengan seleksi yang amat kompetitif dan proses pendidikan
yang ketat, kampus ini menjadi penyeleksi talenta terbaik. Mereka menyebar di
organisasi pemerintah yang mengurus keuangan negara. Impact-nya amat besar,” tuturnya
.
Dalam pandangan Sudirman, sangat disayangkan juga kalau
karena alasan efisiensi anggaran harus menutup STAN. Pasalnya, investasi di
pendidikan tidak akan pernah rugi. 
“Kita semua simpati dan prihatin dengan tekanan ekonomi
akibat wabah Covid 19.  Tetapi menurut
saya memotong anggaran pendidikan tidak boleh menjadi pilihan,” ujarnya.
Ia mencontohkan, Kaisar Jepang, setelah kalah Perang Dunia
ke-2, ketika mau mulai membangun yang ditanya adalah “Berapa guru yang masih
hidup?”  Dan instruksinya membangun
pendidikan besar besaran. 
Sudirman menawarkan solusi relokasi lulusan STAN sebagai
jalan keluar efesiensi yang diinginkan Kemenkeu. Banyak instansi. BUMN,
Kementerian/Lembaga, BUMD, dan Pemerintah Daerah meminta pasokan SDM lulusan
STAN. Karenanya lulusan STAN bisa direalokasi tidak harus bekerja di Kemenkeu.
(Wan)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini